Jendela menghempas-hempas liar seperti ingin lepas.
Tirainya mengamuk namun tetap saja tidak bisa mengontrol diri.
Mengapa tidak bicara pada angin?
Mungkin dia bisa mendengar.
Udara panas yang berhembus pada pikiran-pikiran yang dingin, yang menjadi hangat namun berkeringat.
Serpihan kata-kata nyinyir yang mereka lontar, tidak seberapa seperti peluru yang meluncur pelan.
Peristiwa tragis itu hanya Tuhan yang mengatur. Namun haruskah aku percaya bahwa ada hal baik dibalik ini semua? Ya, sepertinya.
Sejak peristiwa itu pun, aku sesungguhnya ingin mati. Belati sudah ada di depan mataku, tinggal kuhantam saja ke bagian tubuhku. Namun aku berpikir, bahwa semua yang ada itu harus disyukuri, yang paling busuk sekalipun.
Semoga saja aku bisa mengatasi semuanya. Walaupun hidup hanya bergerak naik turun. Semoga saja aku tidak di bawah selamanya. Mungkin ini bukan do'a, tapi...semoga saja terkabul.
No comments:
Post a Comment