Otakku juga. Jemariku, apalagi.
Hatiku mati rasa sepertinya kesemutan.
Mataku pun lupa daratan.
Aku dapat apa yang aku tidak mau.
Mau tidak mau, ini sudah meracuniku.
Aku butuh alkohol sepertinya. Ah, tidak. Aku butuh kamu.
Ya, kamu saja. Tanpa topeng yang biasa kamu bawa.
Tanpa rasa kelu yang selalu disembunyikan.
Tanpa airmata yang membendung di kantung matamu.
Tanpa senapan yang berkarat.
Ya, hanya kamu dengan tubuhmu.
Sayang, sudah cukupi saja ragumu itu.
Lama-lama kamu hanya mati dimakan sesal.
Atau pingsan diracun asa.
Aku yakin ini hanya sementara.
Ini ujian Tuhan semata.
Jangan berhenti berpeluh darah.
Aku disini masih bisa menunjuk kemana arahmu.
Aku disini masih bisa menjadi tujuan masa depan.
Aku disini, masih menyayangi kamu seperti biasa.
No comments:
Post a Comment